Wednesday, April 22, 2015

Sahabat yang Luar Biasa by : Hariani,S.Pd


Sahabat yang Luar Biasa
Hariani,S.Pd
            Mentari pagi itu masih tersipu malu mengitari bumi, tapi tubuhku yang sigap bercucuran mengeluarkan keringat, membasahi wajah oval ini. Kaca mata terpaksa ku- lepas beberapa saat, sungguh resah dan gelisah, tambah lagi penyakit ma’ag yang selama ini menggeluti, sungguh tak bersahabat, lebih tepatnya  kukatakan kambuh, takbisa ku pungkiri lagi kenyataan ini, sarapan pagi tak pernah kusentuh. Terburu-buru itulah perasaan yang terus menghantui, ya jarak rumahku ke tempat aku mengajar lumayan jauh apalagi aku harus mengantar anak bungsuku yang baru duduk di kelas I Sekolah Dasar ke sekolah setiap harinya karena anakku hanya mau sekolah jika aku yang mengantarnya belum lagi aku harus melayani pertanyaan-pertanyaan anak bungsuku yang tidak begitu penting bagiku tapi jika pertanyaan itu tidak aku jawab wajahnya mulai cemberut dan susah sekali mengajaknya masuk gerbang sekolahnya tapi dapat juga  membahayakan jika aku salah menjawabnya seperti ketika dia menanyakan “Ma, Hebat pak Polisi atau hebat pak Bram”. Dengan wajah bingung dan agak membungkuk kutanyakan,”Nak Pak Bram itu siapa?” Tanyaku dengan pelan. Tapi anakku tertunduk tidak menjawab pertanyaanku. “Ada apa Bu”, terdengar suara dibelakangku menanyakan itu, lalu kubalikan tubuhku, kulihat seorang laki-laki berseragam Satpam, “ Oh Tidak ada apa-apa pak”,Jawabku, dan tanpa sengaja kubaca nama laki-laki itu bernama Bramantyo, “ah mungkin bapak ini yang dimaksud oleh anak saya tadi.
         
   Setelah itu dengan pelan kubisikan di telingganya jawabanya. Akhir dengan langkah gagah dan senyum sumringah dia masuk gerbang sekolahnya itulah salah satu   yang dapat menghambat aku sampai ketempat aku mengajar apalagi jaraknya rumah ketempat aku mengajar kira-kira kurang lebih 10 kilometer, meskipun begitu tetap kujalani dengan hati yang ikhlas.
            Sungguh takkuat lagi rasanya mengikuti upacara pagi ini. Tubuhku gemetar, wajahku bak bengkoang. Sejatinya aku selalu berada pada barisan paling depan. Maklum kebanyakan teman-temanku enggan baris di depan, terpaksa aku harus mengalah karena usiaku agak tua dari mereka. Kala itu hanya Bu yanti seorang yang mengerti dengan kondisi badanku atau mungkin barangkali bisa ku sebutkan suatu perkara kebetulan, betapa tidak Bu yanti tepat di belakang aku. Ah alasan konyol. Persahabatan kami telah memakan tahun paling tidak Bu yanti sangat paham tentang expresi aku, disaat suka maupun duka. Lagi pula, Bu yanti terus memberikan semacam sugesti supaya aku menjalani upacara ini.
“ Bu Hanna”, Kalau memang gak kuat, ke kantor saja” Ujar Bu yanti (Seraya mencuil bahu kiriku).
“Terima kasih, Bu yanti, aku kuat kok”, jawabku sambil membalikkan pandanganku ke belakang. “Tapi wajah Ibu Hanna sungguh pucat, tegas Bu yanti!
“Insyaallah, tuhan masih melindungi aku Bu yanti” ucapku dengan raut wajah yang seolah kuat. Akhirnya upacara senin yang rutin kami lakukan pun selesai, sedangkan pada saat itu selaku pembina upacara yaitu langsung dipimpin oleh kepala sekolah yang baru yang penuh dengan  dan peraturan-peraturan yang seolah-olah membelengguku.
            Setelah komandan upacara melaporkan bahwa upacara selesai guru-guru beserta murid pun bubar, anak-anak dengan tertib masuk ke kelasnya masing-masing, sedangkan seluruh dewan guru masuk ke ruang guru dan seperti kebiasaan sebelum masuk ke kelas untuk melakukan aktivitas mengajar guru terlebih dahulu menyiapkan segala keperluan untuk mengajar, berbeda dengan bu Yanti dia tidak langsung masuk kelas untuk mengajar tetapi dia terlebih dulu menghampiriku dengan membawa minyak angin dengan lembut dia berkata, “ Bu Hanna, coba ibu oleskan minyak angin ini mudah-mudahan dapat meredakan rasa pusing Ibu”. “terima kasih ya Bu Yanti” sambil ku raih minyak angin tersebut.
            Memang Bu Yanti sangat berbeda dengan rekan-rekanku yang lain meskipin dia orangnya pendiam seolah-olah tidak perduli dengan orang-orang sekitarnya bahkan kegiatan sehari-hari di isinya dengan mengaji di sela-sela kekosongannya dalam aktivitas mengajarnya bahkan banyak teman yang lain membicarakannya ada yang menganggap positif dan ada juga yang menganggap negatif, tapi tidak dengan saya dia sahabat yang baik, mudah diajak bicara bahkan dia tempat saya bertanya jika ada hal yang tidak saya pahami bahkan saya menganggap bahwa dia sangat terbuka terhadapku, bahkan aku pun angkat topi dengan kejeniusannya, banyak hal-hal yang aku tak paham menjadi paham dari yang tidak tahu menjadi tahu yang lebih kagum lagi dia orang yang ulet, tekun, bahkan keuletannya dapat membuahkan hasil yang luar biasa dia pernah meraih guru kreatif dan inovatif, guru prestasi, bahkan dia pun pernah mendapat anugerah resensi novel terbaik  dan banyak lagi prestasi-prestasi yang lain diaraihnya. Bahkan berkat  media pembelajaran Tajwid putar ciptaanya yang sangat membantu dalam proses belajar mengajar ditempat saya mengajar, bahkan media tersebut dapat digunakan oleh semua pelajar di Indonesia dan kalangan masyarakat pun yang belum paham dengan tajwid dapat memanfaatkan media tersebut jadi tak heran kalau Bu yanti mendapatkan hadiah yang pantas ia terima. Bahkan menurutku Umroh berkali-kali itu pun tak cukup dengan jerih payahnya, ketekunan dan keseriusannya dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Dia dimataku sahabat yang luar biasa dengan segudang prestasi dan disertai tutur katanya yang lembut dan dia pun dapat dikatakan seorang wanita yang sholeha.
            Susah untuk digambarkan, sukar untuk dilukiskan, susah untuk dibayangkan, jika aku dapat sepertinya tapi aku yakin dengan usaha suatu saat aku pun dapat sepertinya karena secara tak langsung dia telah menjadi motivator bagiku untuk bisa berprestasi meskipun itu harus memakan waktu yang cukup lama sebab aku sadar ketekunan dan kejeniusanku pun jauh berbeda namun aku tetap berusaha untuk menjadi lebih baik.
            Dari hari kehari, minggu pun berganti aku mencoba mengikuti jejak dan saran-saran Bu yanti yang begitu berlian agar aku tetap bersemangat dan menghasilkan sebuah karya, yang jelas kita harus berprestasi itulah kalimat yang keluar dari mulut manis Bu yanti disaat kami bincang-bincang di sela-sela kekosongan waktu mengajar. kalimat itulah yang selalu tergiang ditelinggaku yang membuatku menjadi semangat untuk lebih maju.sejak itulah  dengan berlahan-lahan aku  coba mengikuti lomba-lomba dan hasilnya pun dapat kurasakan sekarang, terima kasih sobatku yang telah memberiku semangat untuk lebih baik dan ku doakan agar kau selalu dalam lindungan Allah Swt, amin itulah yang selalu kuucapkan dalam hatiku.


Rubrik Spesial :) karya Guru MAN 1 Lubuklinggau
Nama               : Hariani,S.Pd

Alamat             : Jalan Yos Sudarso Lrg SMA Bakti Keluarga No 62 Rt 3 Taba  Pingin Kec.Lubuklinggau Selatan II Kota Lubuklinggau
Pekerjaan         : Guru MAN I (Model ) Lubuklinggau
Email                : hariani79@yahoo.co.id                    
No.Hp/telp       :085839093059/(0733) 451023

MAN 1 Lubuklinggau

About MAN 1 Lubuklinggau

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :

Silakan Kritik dan saran yang sifatnya Membangun